Pages

 

Saturday, July 21, 2012

Makna Yang Terkandung Dalam Lagu Lir-Ilir Sunan Kalijaga

0 komentar

“Lir-ilir, lir-ilir tandure wos sumilir”
“Tak ijo royo-royo, tak senggoh kemanten anyar”
“Cah angon, cah angon penekno blimbing kuwi”
“Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodot ira”
“Dodot ira, dodot iro kumitir bedah ing pinggir”
“dondomono, jlumatono, kanggo sebo mengko sore”
“mumpung gedhe rembulane, mumpung jembar kalanganane”
“Ya surako…… surak iyo……………”

Masih ingatkah kalian akan tembang jawa ini???
” lirik diatas adalah lagu lir-ilir yang diciptakan oleh seorang ulama’ Kanjeng Sunan Kalijaga salah satu dari wali songo yang menyebarkan agama islam dipulau Jawa.” Karena waktu itu banyak rakyat jawa yang memegang keyakinan adat jawa, sehingga demi penyebaran untuk mendekatkan diri dengan rakyat Sunan Kalijaga membuat tembang ini agar mereka mudah digiring masuk kedalam agama islam. Dan lagu ini mengisahkan tentang perkembangan islam pada waktu itu, dimana masyarakat dan raja-raja jawa mulai banyak yang memeluk agama islam. Berikut ini adalah penjabaran dari makna yang terkandung dari tembang lir-ilir itu. Baik berupa harfiah/terjemahnya dalam bahasa indonesia, atau makna sesungguhnya yang terkandung dalam lirik lagu lir-ilir ini.


  • Lir-ilir, lir-ilir tandure wis sumilir.
Dalam bahasa Indonesia artinya ” Bangunlah, bangunlah, tanamannya telah bersemi. Kanjeng Sunan Kalijaga mengingatkan orang-orang islam segera bangun dan bergerak. Karena saatnya telah tiba. Bagaikan tanaman yang telah siap dipanen, demikian pula rakyat di Jawa saat itu (setelah kejatuhan Majapahit) telah siap menerima petunjuk dan ajaran islam dari para wali.

  • Tak ijo royo-royo,tak sengguh kemanten anyar.
Dalam bahasa Indonesia artinya “ Bagaikan warna hijau yang menyejukkan, bagaikan sepasang pengantin baru”. Hijau adalah warna kejayaan islam, dan agama islam disini digambarkan seperti pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitarnya.

  • Cah angon, cah angon penekno blimbing kuwi.
Dalam bahasa Indonesia artinya ” Anak gembala, anak gembala, tolong panjatkan pohon belimbing itu “. Yang disebut anak gembala disini adalah PARA PEMIMPIN. Yaitu orang yang mampu menjadi imam yang baik bagi makmumnya yang mengajarkan syari’at Islam. Dan belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari LIMA RUKUN ISLAM. Jadi para pemimpin diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk memberi contoh kepada rakyatnya dengan menjalankan ajaran islam secara benar. Yaitu dengan menjalankan LIMA RUKUN ISLAM.

  • Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodot ira.
Dalam bahasa Indonesia artinya ” Biarpun licin, tetaplah memanjatnya, untuk mencuci kain dodot mu. Dodot adalah sejenis kain kebesaran jawa yang hanya digunakan pada upacara-upacara/saat-saat penting. Dan buah belimbing pada jaman dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya awet. Dengan kalimat ini Sunan Kalijaga memerintahkan orang islam untuk TETAP BERUSAHA MENJALANKAN LIMA RUKUN ISLAM WALAUPUN BANYAK RINTANGANNYA (LICIN JALANNYA). Semua itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Karena menurut orang jawa, AGAMA ITU SEPERTI PAKAIAN BAGI JIWA. Walaupun bukan sembarang pakaian biasa. Pakaian ini diibaratkan sebagai pakaian ketaqwaan kepada Yang Maha Esa.

  • Dodot iro, dodot iro kumitir bedah ing pinggir
Dalam bahasa Indonesia artinya ” Kain dodotmu, kain dodotmu, telah rusak dan robek. ” Ini menceritakan kemerosotan moral yang telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan sobek.

  • Dondomono, jlumatono, kanggo sebo mengko sore.
Dalam bahasa Indonesia artinya ” Jahitlah, tikislah untuk menghadap (Gustimu) nanti sore. ” Seba disini berarti menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti) oleh karena itu disebut PASEBAN yaitu tempat menghadap raja. Disini Sunan Kalijaga memerintahkan agar orang jawa memperbaiki kehidupan beragama yang telah rusak tadi dengan cara menjalankan ajaran agama Islam secara benar. Untuk bekal menghadap Allah SWT dihari nanti.

  • Mumpung gedhe rembulane, mumpung jembar kalangane.
Dalam bahasa Indonesia artinya ” Selagi rembulan masih purnama, selagi tempat masih luas dan lapang “. Maksud lirik ini adalah Selagi masih banyak waktu, selagi masih lapang kesempatan (HIDUP), perbaikilah kehidupan beragamamu.

  • Ya surako…………… surak iyo…………….
Dalam bahasa Indonesia ” Ya bersoraklah, Berteriaklah Iya. ” Disaatnya nanti datang panggilan dari Yang Maha Kuasa nanti (HARI AKHIR/MATI), sepatutnya bagi mereka yang telah menjaga kehidupan beragamanya dengan baik untuk menjawabnya dengan gembira.


0 komentar:

Post a Comment

jangan lupa buat ninggalin komen yaa....

boleh kopas kok.. tapi kasih link ke http://gilapc.com/ yaa...

terima kasih kunjungannya... :)