Sejauh ini, para ahli belum dapat memastikan apa penyebab timbulnya CSB. Penelitian ilmiah mengenai kecanduan seks ini masih terbilang baru, dan para ahli masih menyelidiki kemungkinan beberapa penyebabnya antara lain :
* Abnormalitas otak. Penyakit atau kondisi medis tertentu kemungkinan dapat menimbulkan kerusakan pada bagian otak yang memengaruhi perilaku seksual. Penyakit seperti multiple sclerosis, epilepsi, dan demensia juga berkaitan dengan CSB. Selain itu, pengobatan penyakit parkinson dengan dopamine diduga dapat memicu perilaku CSB.
* Senyawa kimia otak. Senyawa kimia pembawa pesan antarsel otak (neurotransmiter) seperti serotonin, dopamin, norepinephrine, dan zat kimia alami lain dalam otak berperan penting bagi fungsi seksual dan mungkin juga berkaitan dengan CSB meski belum jelas mekanismenya.
* Androgen. Hormon seks ini secara alami terdapat pada pria dan wanita. Walaupun androgen juga memiliki peran yang sangat penting dalam memicu hasrat atau dorongan seks, belum jelas apakah hormon ini berkaitan langsung dengan CSB.
* Perubahan sirkuit otak. Beberapa ahli membuat teori bahwa CSB adalah sebuah jenis kecanduan yang seiring waktu menimbulkan perubahan para sirkuit syaraf otak. Sirkuit ini merupakan jaringan syaraf yang menjadi sarana komunikasi antara satu sel dan sel lain dalam otak. Perubahan ini dapat menimbulkan reaksi psikologis menyenangkan saat terlibat dalam perilaku seks dan reaksi tidak menyenangkan ketika perilaku itu berhenti.
Gejala perilaku seks kompulsif dapat dikenali dari pola-pola perilaku berikut ini:
* Memiliki banyak pasangan seks atau affair di luar perkawinan yang sah.
* Berhubungan seks dengan pasangan baru yang belum dikenal atau jasa prostitusi
* Menghindari keterlibatan emosional dalam hubungan seksual
* Menggunakan layanan komersial yang mengumbar seksualitas lewat telepon atau internet
* Masturbasi dengan frekuensi sangat sering.
* Sering kali melihat atau menggunakan materi-materi pornografi.
* Melakukan hubungan seks bersifat masokisme dan sadisme.
* Mengekspos atau memamerkan seksualitas kepada umum (ekshibisionisme)
Orang yang mengalami CSB sering kali menggunakan seks sebagai pelarian dari masalah lain, seperti kesepian, depresi, kecemasan atau stres. Ia juga akan membiarkan dirinya terlibat perilaku seks berisiko meski sadar akan konsekuensinya seperti gangguan jantung, penyakit menular seksual, atau hilangnya hubungan dengan orang yang dicintai.
kompas.com
* Abnormalitas otak. Penyakit atau kondisi medis tertentu kemungkinan dapat menimbulkan kerusakan pada bagian otak yang memengaruhi perilaku seksual. Penyakit seperti multiple sclerosis, epilepsi, dan demensia juga berkaitan dengan CSB. Selain itu, pengobatan penyakit parkinson dengan dopamine diduga dapat memicu perilaku CSB.
* Senyawa kimia otak. Senyawa kimia pembawa pesan antarsel otak (neurotransmiter) seperti serotonin, dopamin, norepinephrine, dan zat kimia alami lain dalam otak berperan penting bagi fungsi seksual dan mungkin juga berkaitan dengan CSB meski belum jelas mekanismenya.
* Androgen. Hormon seks ini secara alami terdapat pada pria dan wanita. Walaupun androgen juga memiliki peran yang sangat penting dalam memicu hasrat atau dorongan seks, belum jelas apakah hormon ini berkaitan langsung dengan CSB.
* Perubahan sirkuit otak. Beberapa ahli membuat teori bahwa CSB adalah sebuah jenis kecanduan yang seiring waktu menimbulkan perubahan para sirkuit syaraf otak. Sirkuit ini merupakan jaringan syaraf yang menjadi sarana komunikasi antara satu sel dan sel lain dalam otak. Perubahan ini dapat menimbulkan reaksi psikologis menyenangkan saat terlibat dalam perilaku seks dan reaksi tidak menyenangkan ketika perilaku itu berhenti.
Gejala perilaku seks kompulsif dapat dikenali dari pola-pola perilaku berikut ini:
* Memiliki banyak pasangan seks atau affair di luar perkawinan yang sah.
* Berhubungan seks dengan pasangan baru yang belum dikenal atau jasa prostitusi
* Menghindari keterlibatan emosional dalam hubungan seksual
* Menggunakan layanan komersial yang mengumbar seksualitas lewat telepon atau internet
* Masturbasi dengan frekuensi sangat sering.
* Sering kali melihat atau menggunakan materi-materi pornografi.
* Melakukan hubungan seks bersifat masokisme dan sadisme.
* Mengekspos atau memamerkan seksualitas kepada umum (ekshibisionisme)
Orang yang mengalami CSB sering kali menggunakan seks sebagai pelarian dari masalah lain, seperti kesepian, depresi, kecemasan atau stres. Ia juga akan membiarkan dirinya terlibat perilaku seks berisiko meski sadar akan konsekuensinya seperti gangguan jantung, penyakit menular seksual, atau hilangnya hubungan dengan orang yang dicintai.
kompas.com
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Post a Comment
jangan lupa buat ninggalin komen yaa....
boleh kopas kok.. tapi kasih link ke http://gilapc.com/ yaa...
terima kasih kunjungannya... :)