Pages

 

Thursday, July 4, 2013

Tayangkan Azan Subuh, Televisi Inggris Di Kritik Habis-habisan

0 komentar



Kebijakan ini menuai kritik dari kelompok-kelompok sayap kanan di Inggris, salah satunya adalah British First, yang mengklaim sebagai gerakan politik patriot Inggris.

Dalam akun Twitternya mereka menyerukan boikot dan mengatakan, "Bersiaplah untuk program TV yang mendukung Islam selama selama sebulan di Channel 4."

Uskup Agung Canterbury memperingatkan awal bahwa memasukkan agama dalam jadwal televisi akan memiliki konsekuensi 'berbahaya' dan akan 'menumbuhkan kebodohan'.

Terry Sanderson, Presiden Masyarakat Sekuler Nasional, mempertanyakan apakah keputusan Channel 4 untuk menyiarkan sekedar memburu publisitas.

”Tampaknya masuk akal bahwa harus ada pengakuan di TV dari kebutuhan populasi Muslim yang berkembang di Inggris, meskipun membuat penasaran apakah ini hanyalah dari pencarian publisitas,” kata Terry.


Muslim bertumbuh

Daily Mail memperkirakan bahwa Islam akan segera menjadi agama dominan di masa depan Inggris. Pada 30 Mei lalu, media itu menulis, "diperkirakan dalam waktu hanya 20 tahun, akan ada lebih banyak Muslim aktif di negara ini ketimbang mereka yang datang ke gereja. Ini pemikiran yang bahkan tidak terbayangkan setengah abad lalu.”

Konteks tulisan itu ketika Muslim Inggris dihujani hujatan dan kecaman pasca penusukan tentara oleh ekstremis di Woolwich.  Reportase media itu menemukan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah pemeluk Islam di negara itu kian meningkat.

Sensus negara itu tahun 2011 bahwa umat Islam di Inggris meningkat dari tiga persen menjadi 4,8 persen atau sekitar 2,7 juta orang. Kebanyakan dari mereka adalah Muslim usia muda, di bawah 25 tahun.

Sebaliknya, pemeluk Kristen di negara mayoritas Kristen Anglikan ini mengalami menurunan drastis dalam satu dekade terakhir. Jumlah populasinya menyusut dari 71,7 persen menjadi 59,3 persen atau 33,2 juta orang, dengan seperempat pemeluk berusia lanjut, mendekati 80 tahun.

Selain itu, penurunan jumlah umat Kristen juga disebabkan oleh semakin sedikitnya jemaah yang menghadiri Misa Minggu di gereja.

Daily Mail membandingkan pengunjung Gereja St Mary, Gereja St George in the East dan Mesjid Spitalfields. Ketiganya berlokasi di bagian Timur London.

Jemaat Gereja St Mary, hanya sekitar 20 orang. Kebanyakan adalah orang tua. Banyak kursi kosong yang tidak terisi. Padahal, gereja yang telah dibuka sejak Oktober 1849 ini bisa menampung hingga 1.000 orang.

Jemaat gereja St George in the East terlihat hanya berjumlah 12 orang pada Misa Minggu. Sementara itu, Masjid Spitalfields yang hanya berkapasitas 100 orang itu tampak penuh sesak pada waktu shalat Jumat. Jamaah meluber hingga ke jalan-jalan.










viva.co.id

0 komentar:

Post a Comment

jangan lupa buat ninggalin komen yaa....

boleh kopas kok.. tapi kasih link ke http://gilapc.com/ yaa...

terima kasih kunjungannya... :)