Ikut Aksi Kerusuhan, 21 Suporter Sepak Bola di Mesir Divonis Mati

Pengadilan di Mesir menjatuhkan pidana mati bagi 21 suporter sepak bola yang terlibat dalam aksi kekerasan di sebuah stadion Port Said Februari 2012. Dalam kericuhan antar suporter itu, 74 orang tewas.

Kericuhan tahun lalu itu dinilai sebagai bencana sepakbola paling buruk dalam sejarah Mesir. Kericuhan terjadi sesaat setelah peluit akhir pertandingan antara al-Masry dan al-Ahly berbunyi.

Suporter al-Masry langsung menyerbu lapangan begitu tim kesayangan mereka menang. Mereka melempar batu, botol, dan kembang api ke arah suporter al-Ahly. Sejumlah saksi mengatakan, polisi di stadion itu tidak berbuat apapun untuk menghentikan kekerasan.

Vonis bagi 21 suporter itu belum final. Aturan hukum di Mesir, seperti dilaporkan AlJazeera, vonis mati harus disetujui Mufti Agung Mesir, meski itu hanya formalitas prosedur. Para terdakwa juga masih bisa mengajukan banding yang bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Setelah putusan dibacakan, Sabtu 26 Januari 2013, keluarga para terdakwa menyerbu penjara dan kericuhan pun tak terelakkan. Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan mereka.

Dilaporkan Aljazeera, terdengar suara tembakan di sekitar penjara. Sedikitnya, sembilan orang tewas dalam kericuhan setelah pembacaan putusan itu, dua di antaranya adalah polisi, sisanya warga sipil.

Polisi pun menutup Port Said, sementara tentara negara itu diturunkan untuk memulihkan stabilitas. "Sudah diputuskan untuk menerjunkan beberapa unit untuk menenangkan massa, stabilitas, dan melindungi sejumlah perusahaan publik," kata Jenderal Ahmed Wasfi, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi MENA.

Sementara itu, keluarga para korban yang hadir dalam ruang sidang bersukacita dan bersorak. Beberapa dari mereka sambil memegang foto anggota keluarga yang menjadi korban.  Hassan Mustafa, teman seorang korban yang tewas, mengatakan, "Saya ingin keadilan bagi orang-orang yang merencanakan pembunuhan itu."









http://dunia.news.viva.co.id