Dari banyaknya jenis narkotika dan obat-obatan terlarang, secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian. Narkotika yang mengandung efek stimulan dan efek depresan.
Uniknya, menurut Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, Kusman Suriakusumah, narkotika dengan efek stimulan bisa memicu keinginan bagi pemakainya untuk melakukan seks bebas.
“Yang pendiam tiba-tiba jadi aktif, yang sudah aktif jadi makin aktif,” ujar Kusman pada VIVAlife saat ditemui di Gedung BNN, Cawang.
Biasanya, narkotika dengan efek stimulan seperti ekstasi dan shabu, dikonsumsi di tempat hiburan bersama banyak kawan. Inilah yang mendorong pemakainya lebih intens berinteraksi secara fisik, dan menyebabkan seks bebas.
“Saat sedang kumpul-kumpul biasanya berpelukan, saling raba, karena yang membuat dia senang adalah reseptor-reseptor di kulit. Kalau sudah saling raba, ada rangsangan. Jika tak terkendali akhirnya terjadi seks bebas,” kata Kusman.
Itulah mengapa, pemakai narkoba seperti ekstasi dan shabu-shabu banyak digerebek di tempat hiburan atau sedang beramai-ramai dengan banyak orang. Tak heran, narkotika disebut sebagai obat perusak moral.
Pemakaian narkotika yang berlebihan, tak jarang membuat pengkonsumsinya meninggal. Selain karena over dosis, ada penyebab lain yang berbeda antara narkotika dengan efek stimulan dan depresan. Menurut Kusman, zat adiktif bersifat depresan seperti heroin dan morfin ‘membunuh’ pemakainya pelan-pelan dengan menekan pusat pernapasan di otak.
“Dia jadi tidak bisa bernapas, akhirnya meninggal,” katanya.
Sedangkan zat adiktif bersifat stimulan mematikan dengan menyerang pembuluh darah otak dan jantung. Karena memaksa diri bersikap aktif, jantung memompa lebih cepat dan pembuluh darah di otak bekerja lebih keras. Bisa-bisa, kata Kusman, itu akan pecah dan menyebabkan pemakainya meninggal.
“Stimulan banyak dipakai akhir-akhir ini, membuat pemakainya lebih aktif dan gembira. Sedangkan depresan menjadikan orang pemurung, sedih, menyendiri,” ucap Kusman lagi.
Seluruh zat adiktif itu, sebenarnya berbahaya, terutama jika diberikan oleh orang yang bukan ahli obat. Morfin misalnya, yang di dunia kesehatan berguna mengurangi rasa sakit. Namun jika diberikan oleh orang yang tidak mengerti soal kadar obat dan pemakaian yang berlebihan, bisa berbahaya sampai mengakibatkan pengkonsumsinya meninggal.
http://life.viva.co.id
Uniknya, menurut Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, Kusman Suriakusumah, narkotika dengan efek stimulan bisa memicu keinginan bagi pemakainya untuk melakukan seks bebas.
“Yang pendiam tiba-tiba jadi aktif, yang sudah aktif jadi makin aktif,” ujar Kusman pada VIVAlife saat ditemui di Gedung BNN, Cawang.
Biasanya, narkotika dengan efek stimulan seperti ekstasi dan shabu, dikonsumsi di tempat hiburan bersama banyak kawan. Inilah yang mendorong pemakainya lebih intens berinteraksi secara fisik, dan menyebabkan seks bebas.
“Saat sedang kumpul-kumpul biasanya berpelukan, saling raba, karena yang membuat dia senang adalah reseptor-reseptor di kulit. Kalau sudah saling raba, ada rangsangan. Jika tak terkendali akhirnya terjadi seks bebas,” kata Kusman.
Itulah mengapa, pemakai narkoba seperti ekstasi dan shabu-shabu banyak digerebek di tempat hiburan atau sedang beramai-ramai dengan banyak orang. Tak heran, narkotika disebut sebagai obat perusak moral.
Pemakaian narkotika yang berlebihan, tak jarang membuat pengkonsumsinya meninggal. Selain karena over dosis, ada penyebab lain yang berbeda antara narkotika dengan efek stimulan dan depresan. Menurut Kusman, zat adiktif bersifat depresan seperti heroin dan morfin ‘membunuh’ pemakainya pelan-pelan dengan menekan pusat pernapasan di otak.
“Dia jadi tidak bisa bernapas, akhirnya meninggal,” katanya.
Sedangkan zat adiktif bersifat stimulan mematikan dengan menyerang pembuluh darah otak dan jantung. Karena memaksa diri bersikap aktif, jantung memompa lebih cepat dan pembuluh darah di otak bekerja lebih keras. Bisa-bisa, kata Kusman, itu akan pecah dan menyebabkan pemakainya meninggal.
“Stimulan banyak dipakai akhir-akhir ini, membuat pemakainya lebih aktif dan gembira. Sedangkan depresan menjadikan orang pemurung, sedih, menyendiri,” ucap Kusman lagi.
Seluruh zat adiktif itu, sebenarnya berbahaya, terutama jika diberikan oleh orang yang bukan ahli obat. Morfin misalnya, yang di dunia kesehatan berguna mengurangi rasa sakit. Namun jika diberikan oleh orang yang tidak mengerti soal kadar obat dan pemakaian yang berlebihan, bisa berbahaya sampai mengakibatkan pengkonsumsinya meninggal.
http://life.viva.co.id
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Post a Comment
jangan lupa buat ninggalin komen yaa....
boleh kopas kok.. tapi kasih link ke http://gilapc.com/ yaa...
terima kasih kunjungannya... :)