Seorang pedagang besar buah apel dari Aomori Jepang, tempat apel paling enak di Jepang dan satu dari produsen terbesar di Jepang, Yutaka Yamano, President Yamano Ringo Co.Ltd., mengeluh mengenai aturan impor buah apel di Indonesia yang baru dilaksanakan November tahun lalu.
"Kita tadinya mau ekspor ke Indonesia, tetapi melihat peraturan yang sangat menyulitkan itu, pikir-pikir dulu sementara karena akan menyulitkan impor ke Indonesia dalam praktek bisnis nanti," paparnya khusus kepada Tribunnews.com, Rabu (23/1/2013) sore.
Persyaratan baru itu, antara lain, isi dari semua pengiriman harus diverifikasi oleh inspektur di Indonesia pada saat kedatangan atau oleh pihak ketiga di negara asal. Selain itu, kemasan produk harus ditulis dalam bahasa Indonesia, dan membawa label wajib seperti kode daur ulang, tidak mengizinkan penjualan langsung produk hortikultura yang diimpor kepada konsumen atau pengecer (retailer). Importir juga harus terdaftar sebagai importir terdaftar (IT) produk hortikultura, dengan syarat menunjukkan bukti kontrak penjualan hortikultura dengan minimal tiga distributor.
November tahun lalu Yamano selama 4 hari menyusuri pasar di Jakarta dan melihat adanya apel Aomori dijual cukup mahal sekitar Rp 100 ribu per buah dan terjual dengan baik.
"Saya yakin untuk kualitas terbaik ringo (Red.: Yamano tak mau menyebut apel tapi ringo) dari Aomori, bukan hanya ukurannya besar, tetapi rasanya, kekenyalannya, kemanisannya, semuanya sempurna, sangat enak, tidak heran kalau berharga demikian mahal," paparnya.
Di Jepang sendiri apel Aomori dijual sekitar 500 yen atau sekitar Rp 54 ribu (kurs 108 per yen) per buah bahkan lebih dan itupun terjual dengan baik di Jepang. Tiga jenis ekspor apelnya yaitu Daikouei berwarna merah tua, merupakan jenis apel terbaru Jepang dengan rasa sangat lembut dan enak. Jenis sekai-ichi dengan ukuran terbesar di dunia, rasa juicy, jenis Mutsu yang kriak-kriak gurih kalau dikunyah, dan jenis Kinsei yang berwarna kuning biasa disebut Venus.
"Empat jenis itulah yang diekspor dan mendapat sambutan sangat baik di banyak negara," paparnya lagi.
Tahun 2008 jumlah produksi apel di Jepang sebanyak 293.503 ton. Dari jumlah itu 67 ton diekspor ke Indonesia, Singapura 72 ton, Thai 301 ton, HongKong 855 ton, China 274 ton, Amerika 55 ton, dan ekspor terbesar ke Taiwan sebanyak 20.498 ton.
"Di China apel Aomori bahkan terjual satu buah sekitar 2500 yen dan itu laku terjual. Saya sendiri terus terang cukup terperanjat juga minat besar orang China membeli Ringo."
Yamano juga mengingatkan apel Amerika yang tampak kesulitan diimpor ke Jepang, "Jepang melihat adanya hama sangat bahaya di dalam apel Amerika sehingga kalau sampai tersebar di perkebunan apel Jepang ini akan sangat merepotkan. Tapi akibat apel Amerika sulit masuk Jepang, maka apel Jepang pun sulit masuk Amerika, sepertinya tindakan balasan," ujarnya lagi.
Di masa mendatang bukan tidak mungkin pencarian tanah yang terbaik untuk pembibitan buah apel Jepang, lalu ditumbuh dan dibuahkan di Indonesia, "Saya yakin mungkin ada tempat yang baik di Indonesia untuk Ringo Aomori, tapi itu di masa depan dan perlu waktu panjang untuk penelitian daerah tersebut, tidak mudah dan makan biaya. Di dalam Aomori saja kita mesti hati-hati karena ada tempat yang tidak bagus kalau ditanami Ringo di situ."
Data Kementerian Pertanian Indonesia, impor buah dan sayur mengalami perkembangan yang sangat drastis. Pada 2008 nilai impor produk hortikultura mencapai 881,6 juta dolar AS, akan tetapi pada 2011 sudah mencapai 1,7 miliar dolar AS.
Komoditas hortikultura yang impornya paling tinggi adalah bawang putih senilai 242,4 juta dolar AS (sekitar Rp2,3 trilun), buah apel sebanyak 153,8 juta dolar AS (sekitar Rp1,46 trilun), jeruk 150,3 juta dolar AS (sekitar Rp 1,43 trilun), dan anggur sebanyak 99,8 juta dolar AS (sekitar Rp 943 miliar).
http://www.tribunnews.com
"Kita tadinya mau ekspor ke Indonesia, tetapi melihat peraturan yang sangat menyulitkan itu, pikir-pikir dulu sementara karena akan menyulitkan impor ke Indonesia dalam praktek bisnis nanti," paparnya khusus kepada Tribunnews.com, Rabu (23/1/2013) sore.
Persyaratan baru itu, antara lain, isi dari semua pengiriman harus diverifikasi oleh inspektur di Indonesia pada saat kedatangan atau oleh pihak ketiga di negara asal. Selain itu, kemasan produk harus ditulis dalam bahasa Indonesia, dan membawa label wajib seperti kode daur ulang, tidak mengizinkan penjualan langsung produk hortikultura yang diimpor kepada konsumen atau pengecer (retailer). Importir juga harus terdaftar sebagai importir terdaftar (IT) produk hortikultura, dengan syarat menunjukkan bukti kontrak penjualan hortikultura dengan minimal tiga distributor.
November tahun lalu Yamano selama 4 hari menyusuri pasar di Jakarta dan melihat adanya apel Aomori dijual cukup mahal sekitar Rp 100 ribu per buah dan terjual dengan baik.
"Saya yakin untuk kualitas terbaik ringo (Red.: Yamano tak mau menyebut apel tapi ringo) dari Aomori, bukan hanya ukurannya besar, tetapi rasanya, kekenyalannya, kemanisannya, semuanya sempurna, sangat enak, tidak heran kalau berharga demikian mahal," paparnya.
Di Jepang sendiri apel Aomori dijual sekitar 500 yen atau sekitar Rp 54 ribu (kurs 108 per yen) per buah bahkan lebih dan itupun terjual dengan baik di Jepang. Tiga jenis ekspor apelnya yaitu Daikouei berwarna merah tua, merupakan jenis apel terbaru Jepang dengan rasa sangat lembut dan enak. Jenis sekai-ichi dengan ukuran terbesar di dunia, rasa juicy, jenis Mutsu yang kriak-kriak gurih kalau dikunyah, dan jenis Kinsei yang berwarna kuning biasa disebut Venus.
"Empat jenis itulah yang diekspor dan mendapat sambutan sangat baik di banyak negara," paparnya lagi.
Tahun 2008 jumlah produksi apel di Jepang sebanyak 293.503 ton. Dari jumlah itu 67 ton diekspor ke Indonesia, Singapura 72 ton, Thai 301 ton, HongKong 855 ton, China 274 ton, Amerika 55 ton, dan ekspor terbesar ke Taiwan sebanyak 20.498 ton.
"Di China apel Aomori bahkan terjual satu buah sekitar 2500 yen dan itu laku terjual. Saya sendiri terus terang cukup terperanjat juga minat besar orang China membeli Ringo."
Yamano juga mengingatkan apel Amerika yang tampak kesulitan diimpor ke Jepang, "Jepang melihat adanya hama sangat bahaya di dalam apel Amerika sehingga kalau sampai tersebar di perkebunan apel Jepang ini akan sangat merepotkan. Tapi akibat apel Amerika sulit masuk Jepang, maka apel Jepang pun sulit masuk Amerika, sepertinya tindakan balasan," ujarnya lagi.
Di masa mendatang bukan tidak mungkin pencarian tanah yang terbaik untuk pembibitan buah apel Jepang, lalu ditumbuh dan dibuahkan di Indonesia, "Saya yakin mungkin ada tempat yang baik di Indonesia untuk Ringo Aomori, tapi itu di masa depan dan perlu waktu panjang untuk penelitian daerah tersebut, tidak mudah dan makan biaya. Di dalam Aomori saja kita mesti hati-hati karena ada tempat yang tidak bagus kalau ditanami Ringo di situ."
Data Kementerian Pertanian Indonesia, impor buah dan sayur mengalami perkembangan yang sangat drastis. Pada 2008 nilai impor produk hortikultura mencapai 881,6 juta dolar AS, akan tetapi pada 2011 sudah mencapai 1,7 miliar dolar AS.
Komoditas hortikultura yang impornya paling tinggi adalah bawang putih senilai 242,4 juta dolar AS (sekitar Rp2,3 trilun), buah apel sebanyak 153,8 juta dolar AS (sekitar Rp1,46 trilun), jeruk 150,3 juta dolar AS (sekitar Rp 1,43 trilun), dan anggur sebanyak 99,8 juta dolar AS (sekitar Rp 943 miliar).
http://www.tribunnews.com
0 komentar:
Post a Comment
jangan lupa buat ninggalin komen yaa....
boleh kopas kok.. tapi kasih link ke http://gilapc.com/ yaa...
terima kasih kunjungannya... :)