Berapa uang saku sobat Gilapc dalam satu bulan? Akhir- akhir ini sepertinya banyak yang
mengeluhkan penurunan uang saku sementara kebutuhan semakin meningkat. Begitu
pula yang dialami oleh para pekerja atau pebisnis skala kecil di Jepang. Kebanyakan
mereka kini mengalami penyusutan uang jajan bulanan dari istri, yang rata-rata
bertindak sebagai manajer keuangan rumah tangga.
Menurut survei yang dipublikasikan bulan ini oleh
Bank Shinsei, yang juga dikutip oleh harian Financial Times, uang saku bulanan
yang diterima laki-laki pekerja kantoran maupun wiraswastawan di Jepang tahun
ini rata-rata hanya 39.756 yen atau senilai hampir Rp 5 juta. Jumlah itu jauh
lebih sedikit dari dekade- dekade sebelumnya. Dalam survei 1990 saja, uang saku
kaum adam di sana masih sebesar 77.725 yen, sekitar Rp9,5 juta per bulan.
Jika dibandingkan dengan di Indonesia, uang saku
sebesar Rp 5 juta tentu tergolong besar. Namun, untuk ukuran negara yang
memiliki standar hidup sangat mahal seperti Jepang, punya uang sebesar itu
sudah terbilang "pas-pasan."
Bahkan banyak pria pekerja di Jepang yang uang saku
mereka masih di bawah rata-rata dari hasil survei Bank Shinsei. Ini yang
dialami pria 36 tahun bernama Yoshihiro Nozawa. Dia mengaku setiap tanggal 15 menerima uang jajan
dari istri sebesar 30.000 yen (sekitar Rp3,7 juta). Sesuai kebiasaan di Jepang,
walau berstatus pencari nafkah tunggal (breadwinner),
para suami seperti Nozawa wajib menyerahkan seluruh gajinya kepada istri
masing-masing, yang bertindak sebagai manajer keuangan rumah tangga, termasuk
mengatur pengeluaran dan berbagai tagihan.
"Lima hari setelah tanggal 10 setiap bulan
merupakan masa yang paling berat," kata Nozawa, ayah dari dua anak yang
masih berusia 6 dan 8 tahun, kepada stasiun berita BBC. Bagi dia, uang 30.000
yen untuk 30 hari tidak bisa digunakan untuk bersenang-senang di Tokyo, kota
yang tergolong paling mahal di dunia.
Itulah sebabnya, agar irit, istrinya setiap hari
membekali Nozawa bungkusan makan siang untuk disantap di kantor. Dia mengaku
kemewahan saat ini adalah membeli rokok, yang menguras sepertiga dari uang
jajannya. "Mungkin saya harus berhenti merokok kalau harga naik
lagi," lanjut pegawai kantoran itu.
Taisaku Kubo bernasib lebih baik. Dia menerima uang
jajan bulanan dari istrinya sebesar 50.000 yen. Sudah 15 tahun dia menerima
uang jajan sebesar itu sehingga suatu kali meminta istrinya agar ada kenaikan. Namun, istrinya punya jurus jitu. "Dia membuat
presentasi dengan menggambar diagram untuk menjelaskan mengapa saya tidak bisa
mendapat uang jajan lebih," kata Kubo, yang berprofesi sebagai
wiraswastawan.
"Pengeluaran terbesar kami adalah kredit rumah
dari bank dan berbagai pajak. Kami pun tidak punya anak, sehingga harus
dipastikan kami punya cukup dana setelah pensiun," ujar pria berusia 47
tahun itu. Mendengar penjelasan istrinya, Kubo pun menyerah. Sejalan dengan situasi yang dihadapi kedua pria itu,
survei dari Bank Shinsei mengungkapkan bahwa turunnya uang jajan bulanan kaum
laki-laki pencari nafkah dibanding beberapa dekade sebelumnya itu terkait dengan
lesunya ekonomi Jepang.
Gaji yang mereka terima pun cenderung lebih kecil
dari masa-masa sebelumnya. Gaji bulanan yang diterima pekerja di Jepang per
2010 lebih rendah 15 persen menjadi 295.583 yen ketimbang data 1998, yang
sebesar 348.750 yen, ungkap survei yang mengambil statistik dari badan pajak
nasional. Menurut Masaaki Kanno, ekonom JPMorgan di Tokyo
kepada Financial Times, Jepang mulai mengalami penurunan daya saing global
sejak awal dekade 1990an. Ini mengakibatkan lapangan kerja, dan juga lahan
pendapatan, banyak yang pindah ke luar negeri.
detik.com
0 komentar:
Post a Comment
jangan lupa buat ninggalin komen yaa....
boleh kopas kok.. tapi kasih link ke http://gilapc.com/ yaa...
terima kasih kunjungannya... :)