wahhh... saya benar-benar terinspirasi dengan artikel ini.. masih SMP tapi sudah bisa berkarya dan menghasilkan uang.
Mengawali usaha tidak harus bermodal besar. Dengan 'modal dengkul' pun bisa. Tak percaya?
Tengok saja apa yang dilakukan Masayu Amira dan Maria Jacklyn. Lewat sentuhan kreatifnya, sampah plastik bungkus minyak goreng, sabun cair, deterjen, dan sebagainya menjadi produk daur ulang yang mendatangkan uang, selain menjaga lingkungan dari sampah plastik.
Awalnya ide unik ini, suatu hari Masayu mendapat hadiah sebuah tas dari plastik bekas karena juara kelas. Hadiah ini ia tunjukkan kepada sepupunya Maria. Keduanya lalu mencari tahu cara pembuatan tas dari plastik bekas ke pusat produksinya. Setelah melihat proses produksi dari A sampai Z, Masayu dan Maria sepakat menggeluti bisnis plastik bekas.
"Setelah kami mendatangi pusat pembuatan hasil produksinya bagus. Kita sempat berpikir, kok sampah bisa menghasilkan duit. Akhirnya kita mencoba ini. Waktu itu bahan-bahan plastik bekas kita cari dari lingkungan sekolah dan rumah," cerita Maria kepada Tribun di sela-sela ajang Kidpreneur Award 2012 di lantai 3 Plaza FX Senayan, Jakarta, Jumat pekan lalu.
Menurut Masayu, mengelola bisnis sampah plastik susah-susah gampang. Terutama mencari bahan baku plastik bekas. Sampai-sampai, mereka harus mempekerjakan tiga orang yang bertugas mencari plastik bekas. Plastik bekas yang mereka dapat, kemudian dibeli oleh Masayu dan Maria yang kini sudah memiliki nama usaha UD Kreasi.
"Sampah plastik yang kita dapat tergantung hasil yang mereka dapat setiap harinya. Kalau mereka mendapat kantong plastik Rinso satu liter, kita harga seribu rupiah. Kalau dua liter, ya kita kasih dua ribu rupiah. Semua untuk bahan produksi adalah bahan plastik," terang Masayu.
UD Kreasi tak hanya diisi oleh Masayu dan Maria. Mereka juga memiliki anggota lain yang mengisi beberapa bagian seperti bagian pengolahan yang mengumpulkan plastik bekas, mencuci, menjemur dan menjahit menjadi produk. Sedang bagian pemasaran bertindak mensosialisasikan produk lewat jejaring sosial media, dan lingkungan sekitar sekolah.
Pemasaran produk di jejaring sosial, kata Masayu, memberi mereka banyak masukan. Karena ada yang menanyakan produk paketan, mau tidak mau Masayu dan Maria membuat produk paketan sesuai selera pembeli. Dan ternyata, produk UD Kreasi banyak diminati pembeli dari jejaring sosial.
Beberapa produk UD Kreasi antara lain tas gendong, dompet, gantungan kunci, payung, tempat pensil, rompi dan masih banyak lainnya. Demi memenuhi keinginan konsumen, UD Kreasi tidak hanya menjual paket, tapi juga satuan. Namun, produk paket lebih murah dari produk satuan. Paket mini yang berisi tas kecil, tempat pensil, dan gantungan kunci hanya seharga Rp 20 ribu.
Tahukah pembaca, Masayu dan Maria ini masih duduk di bangku SMP. Masayu tercatat duduk di SMP Labscool Rawamangun, sedangkan Maria tercatat siswa SMP Negeri 4 Bekasi, Jawa Barat. Kendati sudah membuka usaha daur ulang sampah plastik sejak 2009 lalu, mereka tetap berprestasi di sekolahnya.
"Usaha ini enggak menggangu belajar kita kok. Karena jam kerja kita setiap Sabtu dan Minggu, itu full. Kalau untuk jualan ya setiap hari. Makanya kita harus pintar-pintar bagi waktu. Sekolah tetap yang paling utama," ungkap Maria diamini Masayu.
Selalu Update Model Terbaru
Baik Masayu dan Maria mengakui, bisnis daur ulang sampah plastik terkendala untuk pangsa pasarnya. Namun mereka tetap tak putus asa. Agar produksinya diapresiasi, mereka menyasar pembeli dari teman-teman mereka di sekolah. Bahkan, saudara mereka juga diikutkan sebagai tim promosi produk mereka.
Meski hanya produk daur ulang, mereka punya strategi untuk menarik para pembeli. Maria mencontohkan, untuk cover buku sekolah, UD Kreasi menyertakan foto selebritis atau band yang lagi naik daun semisal Justin Bieber dan One Direction. Penyertaan foto selebritis ini ternyata banyak dilirik pembeli.
Bukan itu saja. Mereka juga selalu mengupdate produksi mereka. Untuk menambah kaya kreasi produk, biasanya di akhir pekan mereka datang ke pusat perbelanjaan untuk melihat produk tas terbaru yang akan diaplikasikan tim produksi. Tak jarang mereka juga kerap mendapatkan masukan dunia maya.
Baik Maria dan Masayu tak pernah kehabisan ide untuk memproduksi barang daur ulang. Sebut saja, untuk menanyakan tren terbaru seperti tas atau dompet, mereka tak segan menanyakan kepada teman-teman di sekolah. Hasil penelitian lapangan ini kemudian didiskusikan di antara mereka untuk memproduksi barang yang dibutuhkan pasar.
Jangan salah dulu, usaha mereka yang sudah menghasilkan uang, tak semulus seperti yang dibayangkan. Menurut cerita Masayu dan Maria, teman-temannya sempat meledek ketika pertama kali menawarkan produk daur ulang sampah plastik. "Sampah kok dijual sih," begitu kata teman-teman Masayu dan Maria. Tapi setelah dijelaskan satu persatu, mereka mengerti manfaat mendaur ulang sampah plastik.
Prinsip mereka dalam menjalani roda bisnis sampah plastik ini selalu terbuka dengan kritik. Bahkan, mereka tanpa mau meminta teman-temannya memberikan kritik untuk kemajuan usaha daur ulang sampah plastik ini. Justeru dengan kritik yang disampaikan teman-temannya, membuat mereka cepat memperbaiki usaha mereka.
Karena bisnisnya yang kreatif, UD Kreasi yang digawangi Masayu dan Maria pernah meraih juara pertama dan juara booth terbaik di ajang Kidpreneur Award 2012 yang digagas Berani Magz dengan sponsor Permata Bank. Saat itu mereka membawa nama Green Queen dengan tema Go Green.
Salah satu dewan juri, pengusaha Safitri Siswono menilai juara pertama yang diraih Green Queen tak lepas dari ide mereka yang sangat kreatif, dan peduli dengan isu sosial lingkungan. "Mereka tak semata-mata mencari uang," ungkap Safitri yang mengaku terpincut dengan patung ondel-ondel milik mereka yang dihiasi pakaian serba plastik.
MGS HERU ayah dari Mas Ayu, mengaku sangat mendukung usaha bisnis anaknya. Karena usahanya positif, Heru tak segan mengucurkan modal awal. Ia tidak akan menghalang-halangi bisnis anaknya lebih karena ingin menanamkan jiwa enterpreneurship sejak dini. Sehingga ini menjadi modal berharga bagi kehidupannya kelak.
"Harapannya usaha mereka mudah-mudahan tetap jalan. Sekarang ini yang susah menanamklan jiwa enterpreneurship. Kalau anak saya sudah sering jualan dari kelas dua SD. Tapi waktu itu, dilarang oleh gurunya. Padahal ini baik untuk pendidikan moral anak. Yang selalu saya ingatkan kepada anak, jangan sampai mengganggu belajar," ujar Heru.
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Post a Comment
jangan lupa buat ninggalin komen yaa....
boleh kopas kok.. tapi kasih link ke http://gilapc.com/ yaa...
terima kasih kunjungannya... :)