Biasanya ibu-ibu memasak dengan mencicipi rasa. Apakah itu tidak mengurangi atau membatalkan puasa? Yuk simak penjelasan Hj Masyithah Umar, dosen IAIN Antasari Banjarmasin.
Masyithah membeberkan beberapa pendapat fuqaha. Pendapat Syafi'iyah menyebutkan dimaafkan bagi yang berpuasa masuk sesuatu ke perut karena lupa atau dipaksa (QS Al-Baqarah ayat 173), "... famanidhthurra ghaira baaghin walaa `aadin falaa itsma `alaihi inallaha ghafuurun rahiimun". Artinya, barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Jika perempuan sudah sering atau terbiasa memasak tentu sudah memiliki keahlian/kemampuan untuk takaran dan tidak perlu untuk dirasakan lagi.
Tapi untuk kehati-hatian terhadap hidangan, mencicipi lalu diludahkan tentu tidak mengapa (boleh). Namun jika khawatir atau sengaja mencicipi sampai masuk perut dan dapat diraskan kenikmatan (apalagi sampai kenyang) tentu akan berakibat batalnya puasa sehingga harus mengqada puasa tersebut.
Golongan Malikiyah berpendapat perempuan yang mencicipi makanan saat puasa boleh. Namun bila masuk ke perut walau tidak disengaja wajib mengqada puasanya (puasanya batal).
Golongan Hanabillah berpendapat makruh bagi yang berpuasa mencicipi makanan jika tidak diperlukan.
Pendapat golongan Hanafiyah adalah mencicipi makanan hukumnya makruh kecuali bagi juru masak (untuk hidangan orang lain) atau untuk kepentingan profesional.
Sesungguhnya Allah sangat memberikan kemudahan dan tidak memberikan kesulitan sebagaimana firmannya dalam surah Al-Baqarah ayat 185, "... yuriidullahu bikumul yusra walaa yuriid bikumul `usra..." Artinya, Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagi kamu.
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Post a Comment
jangan lupa buat ninggalin komen yaa....
boleh kopas kok.. tapi kasih link ke http://gilapc.com/ yaa...
terima kasih kunjungannya... :)